Selasa, 14 Desember 2010

Intergraph® PV Elite™ : Vessel and Exchanger Analysis - Introduction

PV Elite™ is a comprehensive program for the complete structural design or analysis of tall towers, horizontal vessels and shell and tube heat exchangers according to latest standards from ASME, PD 5500 (British Code), UBC, EN 13445, API-579 and the Welding Research Council. 
PV Elite™ also offer a complete solution for vessel and heat exchanger design, analysis and evaluation. Users of PV Elite have designed equipment for the most extreme uses and have
done so quickly, accurately and profitability.

PV Elite™ evaluates the entire vessel, analyzing the effects of weight and bending due to wind and seismic loads. It combines these overall loads with pressure to design and/or check vessel wall thickness. Basing stress calculations on this total structural load ensures sufficient wall thickness for the vessel in its operating environment and ensures proper design of the vessel supports.

Element types include cylindrical shells; elliptical, spherical, torispherical, conical and flat heads; conical sections (including knuckles); body flanges; and skirts with base ring details. The program provides base ring, saddle, leg and lug design and also includes modules for analyzing vessel components such as nozzles, flanges, base ring and other vessel components.


 




 














To make the design process easy, the status bar constantly displays the position of the current element, its required thickness, its maximum allowable working pressure and its maximum allowable pressure in the new and cold condition. It can be used for both new design or re-rating. Graphic presentation keeps your data organized and confirms the integrity of the model. 

Data Collection
PV Elite makes defining pressure boundary conditions for vessels and exchangers easy, even for load sets that require significant data input. PV Elite streamlines data entry by breaking the input down into sensible subsets. Help on any input item is only a keystroke away.

Graphics
PV Elite’s graphical representation of analysis models helps ensure confidence in the input and results.With PV Elite, analysis models can be viewed and manipulated with complete ease.

Analysis Options
PV Elite performs calculations in accordance with ASME Section VIII Divisions 1 & 2, PD 5500 and EN 13445. Rules from API 579 (Fitness for Service) are also included for evaluating the current state and remaining life of existing vessels.

Output and Reports
To simplify inspection requirements, PV Elite lists the most important equations such as required thickness and maximum allowable working pressure (MAWP) and also groups results by type (e.g. internal pressure, external pressure, bending stress, nozzles and flanges). Overall results are summarized where the element or detail controlling the overall vessel MAWP is identified.

Materials and Codes
PV Elite is a global package with international code rules plus extensive region-specific content. Vessel material definitions, piping and steel component data, local wind loads and local seismic loads of many regional markets are all included.

Interfaces
PV Elite interfaces with other popular software packages for finite element analysis, foundation design and drafting. PV Elite also shares a bi-directional link to COADE CADWorx® Equipment module and COADE PV Fabricator™. 


Application Areas
Process and Plant Design, Piping, Equipment, Petrochemical, Chemical, Power, Offshore, Food, Beverage, Brewing, Pharmaceutical,Water Treatment and Shipbuilding.


Features Include:
• Vessel Design and Analysis
• Exchanger Design and Analysis
• Tubesheet Design and Analysis
• Rectangular and Non-Circular Vessel Analysis
• Individual Component Analysis
• Cutting-edge Graphics
• Design Tools and Wizards
• Comprehensive Error Checking
• Saddle, Leg and Skirt Design
• Analysis for Horizontal Shipping of Vertical Vessels
• User-definable Reports
• Wind Analysis
• Seismic Analysis
• International Vessel Codes
• Extensive Material Databases
• Steel Databases and Modeling
• Links to COADE CADWorx Equipment

• Links to COADE PV Fabricator


SUMBER : COADE and PVElite Brochure

Sabtu, 04 Desember 2010

Safety Cartoon Part. 1

Buat rekan pembaca, berikut saya tampilkan beberapa gambar kartun mengenai Safety.
Silahkan di lihat-lihat, siapa tahu bermanfaat.














Sebenarnya masih ada 17 cartoon lagi, tapi berhubung terlalu banyak di dalam 1 page, nanti saya upload lagi deh.
hehehe...

sumber : INTERNET

BASIC SEA SURVIVAL





Kemampuan bertahan diri seorang manusia terhadap lingkungan sekitar yang mengancam bisa berasal dari dirinya yang merupakan anugerah dari Yang Maha Kuasa atas disertakannya akal dalam penciptaan manusia atau bisa juga bertambah dari proses berlatih maupun kebiasaan bersentuhan dengan alam lingkungan sekitarnya. Lingkungan sekitar tersebut bisa saja habitat asli maupun habitat asing. Jungle dan Sea Survival merupakan dua contoh mekanisme bertahan manusia terhadap lingkungan sekitar yang bukan merupakan habitat aslinya. Terdapat juga istilah Urban Survival, di sini manusia dengan segenap skill-nya dituntut mampu bertahan di lingkungan kota yang notabene merupakan habitat aslinya. 


Basic Sea Survival Training merupakan salah satu pelatihan yang harus dilalui oleh para pekerja di industri Oil and Gas, terutama yang berlokasi kerja di offshore. Rangkaian pelatihan lainnya yang tergabung dalam BOSET adalah Basic Fire Fighting, Basic Life Support dan HUET. Tingkat resiko yang tinggi dan kesadaran akan keselamatan yang semakin berkembang serta peraturan-peraturan internasional maupun regional yang berlaku menjadikan pelatihan-pelatihan tersebut adalah minimum requirements yang harus dipenuhi di samping pelatihan-pelatihan lain dengan level yang lebih tinggi. 


Lingkungan laut yang bukan merupakan habitat asli manusia memiliki karateristik yang musti dipahami dan dimengerti oleh manusia. Sang Pencipta memberikan akal kepada manusia bukan ditujukan untuk melawan kehendak alam, melainkan agar manusia dapat mengoptimalkan potensi yang ada di dirinya dalam rangka bersentuhan dengan alam. Man Over Board (terjatuh ke laut), platform collapse (anjungan runtuh), kebakaran di anjungan, kapal tenggelam, kecelakaan saat transfer pekerja dari jetty ke boat, dari boat ke boat landing di anjungan adalah serentetan resiko yang mungkin terjadi di laut lepas maupun muara-muara sungai di tepi laut. 



Secara umum kecelakaan di laut bisa diklasifikasikan menjadi 2 (dua) kriteria umum, yaitu kecelakaan yang controlled dan uncontrolled. Bila terjadi accident dan masih memiliki waktu cukup, personal on board dapat dievakuasi menggunakan alat-alat keselamatan yang tersedia baik di kapal maupun offshore platform (misal: sekoci, lifecraft pada Gambar 1). Kecelakaan dengan karateristik seperti disebutkan sebelumnya masuk dalam kategori controlled.


Gambar 1. LifeCraft yang telah terkembang



Untuk kondisi un-controlled, POB sudah tidak memiliki waktu cukup untuk melepaskan sekoci maupun lifecraft sehingga satu-satunya chance untuk selamat adalah dengan melompat ke laut. Melompat ke laut merupakan tindakan yang terakhir dilakukan bila diperkirakan tidak memiliki waktu cukup untuk pindah ke peralatan-peralatan keamanan yang tersedia baik di platform maupun kapal atau lazim disebut dengan PFD (Personal Floatation Devices). Dalam meninggalkan tempat kecelakaan diperlukan teknik-teknik khusus untuk meminimalisasi tejadinya kecelakaan yang fatal. Selain kewajiban menggunakan life jacket atau pelampung, usahakan melompat dengan ketinggian di bawah 5 meter. Bila berada di main atau upper deck usahakan untuk turun ke cellar atau sub cellar deck agar ketinggian lompat semakin berkurang.

Teknik melompat ke permukaan air juga dipelajari dalam basic sea survival training. Seperti pelatihan-pelatihan fisik yang lain, dalam memulai basic sea survival training para trainees diwajibkan menggunakan wear pack dan equipments lainnya (misal life jacket pada Gambar 3) yang sesuai dan diawali dengan warming up (Gambar 2.).

 Gambar 2. Warming Up

Gambar 3. Life Jacket Tipe 1


Terdapat 5 jenis tipe life jacket atau pelampung. Tipe I adalah pelampung yang digunakan untuk lokasi kerja di offshore, pelampung jenis ini akan menopang kepala korban sehingga dalam posisi bagaimanapun (misal: pingsan) kepala korban akan berada di atas permukaan air. Tipe II adalah pelampung untuk lokasi kerja di near shore. Tipe III adalah pelampung yang digunakan untuk mengapung dalam waktu yang relatif singkat. Sedangkan Tipe IV adalah pelampung-pelampung yang di desain untuk kegiatan olahraga. Pelampung Tipe V adalah pelampung yang di desain khusus, salah satu bentuknya adalah seperti ban bekas yang banyak digunakan di kolam renang. 


 
Gambar 4. Lompatan ke Permukaan Air


 
Gambar 5. Menjauhi Sumber Bahaya 


Setelah turun dan mencapai level aman untuk melompat ke permukaan air, perhatikan lokasi tempat akan mendarat. Pastikan permukaan tempat yang akan dituju clear dari serpihan-serpihan maupun korban lain. Perhatikan juga arah angin dengan cara melihat bendera atau benda-benda ringan lainnya. Bila tidak ada gunakan sapu tangan atau basahi tangan dengan air kemudian angkat ke atas dan putar perlahan. Sisi tangan yang dingin pada saat posisi tersebut adalah posisi darimana arah angin bertiup. Jangan melompat sejajar dengan arah angin karena bisa saja api (bila accident-nya adalah kebakaran platform) menyambar setelah korban berada di permukaan air. Lakukan lompatan ke arah berlawanan dengan arah angin, ambil sudut sekitar 30o – 45o, hal ini sebagai antisipasi bila arus laut membawa korban ke arah sumber accident maka akan ada selisih jarak, sehingga korban tidak terbawa tepat ke sumber accident


Teknik terjun ke permukaan air yang benar dan tindakan lanjutan setelah sampai di permukaan air bisa dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5. Saat tepat akan melompat, tutup hidung dan mulut menggunakan jari telunjuk dan jari tengah, masukkan jempol ke dalam bila kuku jempol dirasa bisa membahayakan wajah. Peluk dengan erat pelampung menggunakan tangan sebelah, yakinkan pelampung dipeluk seerat mungkin untuk menghindari cidera dagu saat mengalami hentakan dengan permukaan air. Pandang ke arah horizontal dan melangkah ke depan dengan pasti. Sesaat setelah melangkah segera kunci dan posisikan kaki menyilang untuk melindungi bagian vital dari hentakan dengan permukaan air. Setelah terjun ke air dan mengapung dengan sempurna, putar badan 180o sehingga posisi badan menghadap ke arah sumber bahaya agar bisa melakukan antisipasi bila ada serpihan maupun bahaya yang bersumber dari sumber kecelakaan. Selanjutnya, berenang menjauhi kapal atau platform yang collapse. Arah renang adalah ke belakang bukan ke depan karena akan sangat sulit berenang ke arah depan saat menggunakan pelampung. Gunakan tenaga seefisien mungkin karena yang terpenting pada kondisi ini adalah bukan kekuatan individu korban, melainkan kebijakan dalam mengalokasikan dan menggunakan tenaga yang tersisa agar bisa mengulur waktu sebelum tim SAR (Search and Rescue) datang atau lifecraft terkembang dengan sempurna. 
 
Pada kondisi di permukaan air terdapat 3 (tiga) bahaya utama, yaitu mati karena tenggelam, exposure kepada elemen alam (misal sinar matahari, meminum air laut, luka yang bisa mengundang binatang laut, dan dinginnya air laut yang bisa mengakibatkan hypothermia), bahaya ke-tiga adalah ter-expose kembali ke bahaya awal. 


Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kemampuan bertahan hidup seorang korban saat berada di laut adalah kekuatan fisik, berat badan, pakaian yang digunakan, dan penggunaan alat bantu apung. Lemak pada korban bisa berfungsi menghangatkan tubuh korban, pakaian yang tebal juga bisa menjadi penolong sementara, dan pengetahuan yang baik mengenai penggunaan alat bantu apung bisa menambah probabilities korban untuk bisa bertahan hidup sampai tim SAR datang ke lokasi.



Setelah berada di lokasi aman dari bahaya, lakukan posisi HELP (Heat Escape Lessening Procedure) seperti pada Gambar 6 bila korban seorang diri. Posisi ini bertujuan untuk mengurangi kehilangan panas tubuh dari ketiak, dada dan selangkangan. Posisi HELP adalah seperti pada saat seseorang dalam posisi tidur/berbaring karena kedinginan. Bila jumlah korban lebih dari 3 (tiga), lakukan posisi HUDDLE, kaitkan tangan-tangan korban membentuk lingkaran penuh. Posisi ini berfungsi untuk bisa saling menghangatkan tubuh-tubuh korban, selain itu bila ada korban yang terluka atau dalam keadaan lebih lemah bisa diletakkan di tengah-tengah lingkaran. Putar tubuh 180o dan tetap pada posisi melingkar bila ada ancaman bahaya dari luar. Manfaat lain yang juga penting dari posisi HUDDLE ini adalah agar para korban bisa melakukan komunikasi satu dengan lainnya sehingga bisa memotivasi korban lain yang sudah mulai putus asa karena dalam kondisi seperti ini hal paling penting yang harus dimiliki korban adalah keinginan dan kemantapan hati untuk mau bertahan sampai bantuan datang. Contoh posisi HUDDLE yang benar dengan korban yang terluka berada di tengah dapat dilihat pada Gambar 7.

 
Gambar 6. HELP Position



 
Gambar 7. HUDDLE Position 


Hypothermia adalah salah satu ancaman yang bisa saja menyerang korban di permukaan laut. Seseoang dianggap mengalami hypothermia apabila temperatur tubuhnya berada di bawah 35o celcius. Hilang atau berkurangnya temperatur tubuh manusia berasal dari kepala (25%), selangkangan, ketiak dan dada. Air bisa menyebabkan hilangnya panas tubuh 20-26 kali lebih cepat ketimbang angin. Gejala-gejala hypothermia itu sendiri adalah menggigil (kedinginan), mati rasa, mengigau (mengeluarkan kata-kata yang tidak beraturan), amnesia, halusinasi, pembengkakan pada kaki dan tangan, dan cyanosis (bibir, ujung jari-jari kaki dan tangan menjadi biru). Sedangkan perawatan pada korban hypothermia adalah dengan memberikan tempat berteduh, tutupi tubuh korban menggunakan selimut, peluk tubuh korban (hangatkan dengan panas tubuh penolong), lepaskan pakaian basah yang melekat pada tubuh korban, lakukan monitor pada bagian-bagian vital, jangan memijat atau menggosok tubuh korban karena pada saat kondisi tersebut lapisan kulit korban menjadi fragile atau brittle (getas).
 Langkah selanjutnya yang musti dilakukan oleh korban-korban yang berada di permukaan laut adalah mencari lokasi lifecraft bila bantuan tidak kunjung datang. Lifecraft (seperti pada Gambar 1) adalah peralatan standar yang tersedia di platform atau kapal. Pengoperasiannya bisa dilakukan manually atau dengan sistem hidrostatis. Bila keadaan masih terkontrol, turunkan lifecraft ke permukaan laut dari level ketinggian yang cukup. Tarik pemicu pada lifecraft sehingga bisa terkembang. Lifecraft bisa juga terlepas dan terkembang automatically dengan adanya mekanisme hidrostatis. Pada kedalaman 3-4 meter lifecraft yang terikat pada platform atau deck kapal akan terlepas sendiri kemudian mengapung ke permukaan dan terkembang hingga sempurna. Semua Personal On Board juga dituntut memiliki kemampuan membalik lifecraft yang terbalik. Berdiri tepat di atas tabung CO2 kemudian melebarkan kaki selebar bahu dan tarik tali yang berada di atas lifecraft yang dalam keadaan terbalik tersebut adalah salah satu metode untuk membalikkan posisi lifecraft ke posisi yang sebenarnya. Posisikan kaki dalam keadaan lurus dan perhatikan arah angin karena bisa membantu dalam proses pembalikkan lifecraft tersebut. Gambar 8 menunjukkan proses pembalikkan lifecraft yang sebelumnya dalam keadaan terbalik oleh seorang trainee


Gambar 8. Proses Pembalikkan Lifecraft 


Gambar 9. Renang Berkelompok


Sebelum lifecraft terkembang sempurna dan dalam posisi siap menampung korban, masing-masing ex-POB yang berada di permukaan air tidak boleh berpencar satu dengan lainnya. Salah satu metode yang bisa digunakan untuk menuju ke posisi lifecraft atau tempat lain yang lebih aman namun tetap dalam keadaan berkelompok adalah dengan cara melakukan renang berkelompok. Posisikan korban-korban dalam satu baris, korban terdepan berfungsi sebagai commander agar gerakkan mendayung menggunakan tangan bisa dilakukan dengan kompak. Sedangkan korban yang paling belakang berfungsi mengatur direction dari barisan tersebut. Dalam posisi ini, kaki korban dijepit ke badan korban yang berada di depannya sedangkan kedua tangan digunakan untuk mendayung. Posisi renang berkelompok seperti ini bisa juga berfungsi membawa korban yang cidera atau dalam keadaan paling lemah dengan memposisikan korban tersebut ditengah barisan. 


Setelah berada dekat dengan lifecraf korban segera berpegangan pada tali yang berada di sekeliling lifecraft. Korban dengan kondisi fisik terkuat naik pertama kali karena untuk naik ke dalam lifecraft diperlukan tenaga yang tidak sedikit, apalagi dalam posisi mengenakan pelampung. Posisikan badan sedekat mungkin (sampai menempel) ke lifecraft, kaitkan kaki di tangga yang terbuat dari tali kemudian dorong tubuh hingga dalam posisi berdiri dan lakukan roll depan untuk masuk ke dalam lifecraft. Singkirkan terlebih dahulu benda-benda yang menempel pada korban yang akan naik masuk agar tidak merusak lifecraft tersebut. Selanjutnya bantu korban-korban yang belum naik dengan memegang pakaian korban, bukan dengan memegang tangannya secara langsung. 


Setelah semua korban masuk ke dalam lifecraft, segera lakukan penunjukkan leader dari kelompok tersebut agar pengambilan keputusan selanjutnya bisa berjalan dengan baik. Selama berada di lifecraft terdapat 4 (empat) langkah yang dilakukan oleh kelompok tersebut yaitu Protection, Organization, Location, Comfort. Langkah pertama yang dilakukan adalah Protection. Segera pasang anchor sea agar lifecraft tidak terombang-ambing terlalu jauh oleh gelombang maupun arus laut. Periksa survival kit yang berada di dalam lifecraft, selanjutnya periksa dengan seksama seluruh bagian lifecraft sebagai antisipasi bila terjadi kebocoran. Gunakan dayung pada 2 sisi lifecraft untuk menjauh dari sumber bahaya. 


Bila posisi lifecraft sudah dalam kondisi aman, langkah selanjutnya adalah meng-organize kelompok tersebut. Lakukan pembagian tugas dengan menyerahkan tanggung jawab penggunaan survival kit kepada seluruh anggota kelompok. Berikan obat anti mabuk sebelum anggota kelompok merasa mabuk laut dengan waktu 8 jam sekali atau 3 kali dalam 24 jam. Bila ada anggota kelompok yang terlanjur akan muntah, gunakan plastik yang tersedia, jangan membuang muntahan di laut karena bisa mengundang binatang laut yang berbahaya, begitu juga dengan darah bila ada korban yang terluka. Leader menjelaskan cara penggunaan survival kit tersebut sekaligus mengatur jadwal jaga dan istirahat anggota kelompok. Selain itu, Group Leader juga harus bisa melakukan pendekatan persuasif bila ada anggota kelompok yang mulai kehilangan kepercayaan diri dan kemauan untuk bertahan hidup.



Location, langkah ini dilakukan untuk memberitahukan kepada regu penolong mengenai posisi lifecraft korban kecelakaan. Segera lepas EPIRB ke permukaan laut dengan mengikat terlebih dahulu tali EPIRB tersebut pada salah satu bagian lifecraft, yakinkan sebelum dilepas tombol dalam posisi On (menyala). Posisikan radar reflector dengan ketinggian lebih dari 1 meter dari permukaan laut sehingga bisa terdeteksi oleh kapal-kapal atau regu penyelamat. Bila mendengar suara mesin pesawat, helicopter, atau kendaraan lain segera nyalakan signal asap (bila siang hari) dan signal api (bila malam hari). Saat regu penyelamat atau kendaraan lain sudah dapat terlihat segera gunakan signal mirror (pada siang hari) ke arah kendaraan atau regu penyelamat tersebut. Prinsipnya, gunakan alat-alat pemberitahu lokasi tersebut seefektif dan seefisien mungkin. Hal tersebut berlaku juga untuk makanan dan minuman. Jangan mengonsumsi makanan atau minuman yang terdapat dalam survival kit sebelum 1 x 24 jam. Usahakan mencari sumber lain terlebih dahulu, misal dengan memancing dan mengumpulkan air tawar. Air tawar bisa berasal dari air hujan, embun, maupun proses penyulingan air laut dengan alat-alat yang tersedia atau gunakan plastik untuk menyuling manually.

Setelah semua langkah-langkah dijalani dengan baik, selanjutnya adalah memikirkan tentang kenyamanan, Comfort. Keringkan lantai lifacraft menggunakan alat yang tersedia, jemur pakaian dan pelampung sehingga bisa digunakan sebagai alas tidur. Lakukan forum-forum diskusi atau sekedar bercerita antar anggota kelompok sehingga moral dan kemauan bertahan hidup anggota kelompok dapat tetap terjaga sampai dengan bantuan datang.

Pada umumnya waktu menunggu bantuan datang lebih lama ketimbang waktu bertahan para korban yang terapung di permukaan laut sehingga terkadang ada salah satu atau beberapa korban yang meninggal. Bila ada salah satu anggota kelompok yang meninggal, segera lakukan musyawarah untuk menentukan langkah apa yang musti dilakukan. Prinsip utamanya adalah mendahulukan atau memenangkan keinginan anggota kelompok yang masih hidup bila ada yang keberatan mayat korban tersebut tetap berada di dalam lifecraft. Bila keputusannya adalah dengan membuang mayat tersebut, lakukan pembungkusan mayat dengan seksama agar pada saat dibuang tidak mengundang binatang-binatang laut ke arah lifecraft sehingga akan membahayakan kelompok tersebut.

Metode-metode yang telah dipaparkan pada alinea sebelumnya merupakan cara-cara yang sistematis musti dilakukan oleh para survivor sampai dengan regu penyelamat datang ke lokasi. Proses penyelamatan korban bisa dilakukan dengan berbagai cara, misal dengan kapal boat, kapal pesiar, kapal nelayan atau dengan helicopter. Pada saat penyelamatan dilakukan dengan helicopter, segera keluar dari lifecraft dengan tetap berpegangan pada tali agar tidak terpencar karena arus maupun gelombang laut. Pastikan tali penolong telah menyentuh air agar efek listrik statis hilang terlebih dahulu.

Pada akhirnya, kemungkinan bertahan seorang korban kecelakaan di laut adalah bersumber dari dirinya sendiri. Sikap mental yang positif untuk tetap berkemauan bertahan hidup dan pelatihan-pelatihan safety yang diikuti bisa menjadi modal signifikan agar bisa tetap bertahan dalam situasi dan kondisi apapun. Persiapkan segala sesuatu sebelum berangkat ke lokasi kerja dan selalu mematuhi aturan keselamatan yang berlaku di manapun serta tidak bertindak ceroboh merupakan tindakan preventif untuk meminimalisasi kejadian kecelakaan yang bisa berakibat fatal.

--- End of Article – 




tentang penulis :  
Penulis: Indratmo Jaring Prasojo, S.T.
Structure Engineer
PT. Nippon Steel Construction Indonesia (NISCONI)
Senipah Office, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Indonesia.


Jumat, 02 Juli 2010

PSV Selection for Beginner

Introduction
Pressure Safety Valve (PSV) is one of safety devices in oil and gas production facility, which ensure that pipes, valves, fittings, and pressure vessels can never be subjected to pressure higher than their design pressure. Therefore, the selection of PSV to be installed must be conducted in a careful and proper manner.

These are the questions worth to be asked when you are going to specify details of PSV.
  • What type of PSV we will have for our process requirements?
  • Is there any easier way for PSV sizing (PSV calculation) rather than calculate it manually?
  • What kind of material shall be chosen for our process requirements?
Prior to the PSV selection, it would be better if we know how the PSV works which will lead us in understanding of critical parts of PSV. Then, the PSV selection process can be done with awareness of some strong points.
Pressure Safety Valve by definition
Cited from API 520 part 1 (Sizing, Selection, and Installation of Pressure-Relieving Devices in Refineries; Sizing and Selection) about Safety Valve definition: “A safety valve is a spring loaded pressure relief valve actuated by the static pressure upstream of the valve and characterized by rapid opening or pop action. A safety valve is normally used with compressible fluids.” Figure 1 shows Conventional PSV, which is purposed for description only.
PSV-1 
Figure 1. Conventional Pressure Safety Valve (Taken from API 520 part 1)

How does it work?

psv4.jpg
Figure 2. Sketch of Pressure Relief Valve
How does the PSV work? Figure 2 is a simple sketch of pressure relief valve which shows the disc held in the closed position by the spring. When system pressure reaches the desired opening pressure, the pressure force of the process fluid pass through the inlet and then it is acting over Area A1 equals the force of the spring, and the disc will lift and allow fluid to flow out through the outlet. When pressure in the system returns to a safe level, the valve will return to the closed position.
Certain area of the disc and nozzle will allow certain amount of the gas/liquid volume. The area of the nozzle (so called as “Orifice”) needs to be calculated in order to have proper amount flow of the process fluid. This certain area has been standardized in API 526 (Flange Steel Pressure Relief Valves) and designated into certain alphabetic as shown on Table 1.
Table 1. Standard effective Orifice Areas and Letter Designations

Since PSV will most likely to be in closed position, it is a good idea to choose some kind of “seal” between disc and the nozzle to keep the process fluid from leaking to the outlet of the PSV.

Conventional, Bellows or Pilot type?
Backpressure considerations
Types of PSV are created due to existence of backpressure. The effect of backpressure can be depicted by Figure 3 which incorporate forces from spring (Fs), process fluid from the pressurized system (PVAN), and backpressure (PBAN). The PV is the pressure due to the changes over the pressurized system, and the PB is the pressure which exist in the outlet of the PSV, we recognize this as a back pressure. As you may see, that the spring – denotes with the Fs – is having main contribution to the force balance, and have a positive direction along the PB. The overpressure in the pressurized system will increase the magnitude of the PV, and eventually it will affect the balance of the pressure force, and hence the sum of the PBAN and the Fs will be less than the PVAN. The spring, which holds the disk and isolates the pressurized system into the outlet of the PSV, is moving upward and the disk will not contain the pressurized system anymore.

Sketch of Pressure Relief Valve
Figure 3. Effect of Backpressure to the set pressure (Taken from API 520 part 1)

An extreme example, in the closed position, if backpressure is high enough to compensate the force pressure of process fluid, the force resultant will be zero, in other words the PSV will remain close. In this condition, the PSV is not successfully to fulfill its function. We will examine types of PSV.

Conventional type
This type of PSV is the simplest one as you may see on Figure 4. Usually, this type of PSV is used whenever the existence of back pressure is relatively small (less than 10% of set pressure), or nearly zero. Due to its low immunity to back pressure, the conventional type outlet is vented into atmospheric, and mostly, the fluid to be vented is non-hazardous fluid i.e.: water steam.
PSV-1
Figure 4. Conventional Pressure Safety Valve (Taken from API 520 part 1)

Bellows type
PSV with bellows type or balanced-bellows type is used when the backpressure does not exceed than 50% of set pressure. This type of PSV is almost the same with the conventional ones, but there is additional bellows in it as you may see on Figure 5. The bellows itself has a function to reduce the effect of the backpressure force (PBAN) over the disk as you may clearly see on the forces diagram on Figure 3. The bellows contained the upper side of the disc and the rod which connected to the spring from pressure force of process fluid/pressurized system – in which connected through PSV outlet – and the inside chamber of the bellow will be vented to the atmospheric, which obviously has constant pressure. Commonly, this type of PSV does not have a wide range of PSV, hence, it is not so flexible in alteration of set pressure.
Figure 5. Bellows Pressure Relief Valve
Figure 5. Bellows Pressure Relief Valve (Taken from API 520 part 1)

Pilot type
A pilot-operated pressure safety valve consists of the main valve, which normally encloses a floating unbalanced piston assembly, and an external pilot as shown on Fig.6. The piston is designed to have a larger area on the top than on the bottom. Up to the set pressure, the top and bottom areas are exposed to the same inlet operating pressure. Because of the larger area on the top of the piston, the net force holds the piston tightly against the main valve nozzle. As the operating pressure increases, the net seating force increases and tends to make the valve tighter. This feature allows most pilot-operated valves to be used where the maximum expected operating pressure is higher than 90% of MAWP
The pilot type has a sensing line and its function is transmitting the built-up pressure that may exist in the pressurized system to the pilot valve. As the pressure in the pressurized system is increasing and reaching the set pressure, the pilot valve will actuate the PSV spring inside the main valve to pop up the PSV. Due to the actuator has no direct contact with the venting system the valve will not relatively be affected by backpressure. Moreover, this type of PSV has a wide range of spring setting, it will be an advantage if we want to change the set pressure on a wide range alternatives.

Figure 6. Typical pilot-operated valve
Figure 6. Typical pilot-operated valve

Multiphase Fluid
How about if we need to release multiphase fluid? Is there another type of PSV which is able to handle that kind of case? Well, it is good question actually. If we are using conventional PSV, we will have big problem in the backpressure consideration if we do have large backpressure or even a variation of backpressure.
Another option is pilot. It also has a week point which is critical on multiphase handling since there will be possibilities that the sensing line will be plugged with non-clean fluid. None will guarantee whether or not the process fluid is “clean” (containing of liquid and gas only). They may have little solids or debris which eventually plug the sensing line.
The last option is the bellows type, since it is relatively unaffected by the backpressure and it has no sensing line like the pilot type has. We will choose this last option, because we only have three available type in the market. It is obvious now that every possible case is not available in ready-on-stock PSV type, we have to conduct an engineering judgment on any possible case within available type.
For comprehensive understanding between types of PSV, Table 2 is describing the advantages and disadvantages each one of them.

Table 2. Comparison between types of PSV

What are required for PSV Sizing?
After we have selected the type of the PSV, we should calculate the size of the orifice. Of course this is one of the important step to select PSV. Why do we have to calculate the PSV anyway? If you don’t calculate your PSV, you’re not really sure whether the size is adequate or not to handle the fluid relief. The main principle of PSV sizing: it is fit for purpose. Smaller size of PSV means smaller capacity of the valve and also, bigger size of PSV means bigger capacity of the valve.
The application of the smaller capacity of PSV than its design capacity shall be avoided. Because if the PSV is unable to allow the process fluid to be released, then the pressure in pressurized system is tending to increase and adjacent parts of the pressurized system will be burst or rupture. In other words, the PSV is unable to fulfill its main function.
It is almost similar to the application of bigger capacity of PSV than its design capacity. The bigger capacity from its design capacity means PSV is allowing the process fluid “too much”. If we have pressurized system to be in overpressure condition, the set pressure of the PSV is reached and the process fluids will be vented through the outlet. Due to its large capacity, the pressure in the pressurize system will be decreased rapidly and then the PSV will re-close. But, as the PSV is closing, the pressure in the pressurized system is increasing again and the set pressure of the PSV is reached again, and the PSV will open again. This is what people called as “chattering”, and most of cases the chattering itself is more like to be a rapid vibration. This is an example of bad sizing of PSV because the PSV will be damaged after a chattering. In other words, the PSV is unable to fulfill its main function again.
As a basic of PSV sizing, these following process data as shown on Table 3 shall be provided to calculate the orifice designation.
Table 3. Process Data for PSV Sizing
 Table 3. Process Data for PSV Sizing

PSV Sizing using Software
Is there any chance that we can size PSV easier? The answer is “yes”. But you must be careful then, wise people said that: “it’s not about the gun, it’s about the man behind the gun”. Software is only calculating what is coming through it, and do what we told. In another word: garbage in, garbage out.
You can use specific software, which made special for it. The useful software tool for PSV sizing I ever had is Instrucalc Version 5.1, the user interface is as shown in Fig.7. I will use Instrucalc Version 5.1 as description-purposed only, even there are other software which have the same capability.

Figure 7. Instrucalc version 5.1 for PSV sizing.
Figure 7. Instrucalc version 5.1 for PSV sizing.

This software is non-vendor oriented, since its calculation relied on API-520 and ASME Sect.VIII, and almost all vendors are taking reference to those two standards. Instrucalc is best on describing the size of orifice designation, inlet and outlet size and maximum capacity of the valve could handle. Moreover, for Gas Relief and Liquid Relief case, the calculation result of Instrucalc and vendor software is most likely to be the same, that would be a reason for choosing Instrucalc as a general calculation software.
However, for some specific types of PSV from certain vendor, I would rather choose vendor software which is able to calculate various outputs based on their PSV models, especially when reviewing vendor’s proposal. For an instance, Instrucalc will generate certain size of inlet and outlet, which any vendor does not have that size of inlet/outlet. If there is discrepancy with Instrucalc, it doesn’t mean that vendor calculate incorrectly, they just don’t have that size, as Instrucalc has calculated. As long as the size and liquid/gas capacity from vendor proposal is adequate with our technical data, that would be all good.
For some reasons, certain vendor is not allowing their software to be installed side by side with other vendor’s software in a computer. This is a difficult problem since the software’s bugs were intentionally “created” by vendor, which eventually we cannot fix. In case you’re facing this problem, consult your vendor representative for more assistance.

Proper material for parts
Compatibility with the process fluid is achieved by careful selection of materials of construction. Materials must be chosen with sufficient strength to withstand the pressure and temperature of the system fluid. Materials must also resist chemical attack by the process fluid and the local environment to ensure valve function is not impaired over long periods of exposure. The ability to achieve a fine finish on the seating surfaces of the disc and nozzle is required for tight shut off. Rates of expansion caused by temperature of mating parts is another design factor.

Comparison among Vendors
We have some basic knowledge about basic of PSV selection, let’s do some real job here.

Correctness of calculation
We require to pay attention for process data. Mostly, they are root cause of incorrect calculations, wrong data will lead you to some confusing results, so be careful then. Having the process data correctly, we need to see the result and compare them (vendor’s and ours), are they different badly? We need to see, whether the discrepancies are critical or not. As example, the calculation of orifice area from each vendor can be different with the same process data and method of calculation (API-520), but you must pay attention that vendors will refer to the same orifice designation. The same way if vendors offer 1.5 inch of inlet size, while according to our own calculation we need 2 inch. That would be fine if the valve capacity is capable to handle our data process with the size of inlet/outlet pipe is not too large or too small compared to our own calculation.

Material
Material is another important issue since we need the PSV to be “seated” for some years and most probable to handle “bad” fluid process characteristics.
The most critical parts are the spring, seat and disc. We need to pay attention on their material to be proposed by your vendors. The internal part of the PSV is shown in Figure 8.

Figure 8. Internal part of the PSV (Taken from API 520 Part 1)
Figure 8. Internal part of the PSV (Taken from API 520 Part 1)

Spring’s material is one of the important consideration, since it is “muscle” of the PSV. There are many alternatives for the spring’s material, i.e : chrome steel, inconel. Different material will be impacted to the overall price, you should select the material properly.
Seating surface – or seat for short – has a function to contain the pressurized system and the vented system, since it is “clutching” the disc. Usually, we have a soft seated and hard seated options. The hard seated means that it is made from the metal material, i.e : steel. While the soft seated means that it is made from the non-metal material, i.e : kalrez, viton. The advantage of having soft seated that it will have a good isolation, because it is “softer” than the hard seated, so its shape is more flexible to clutch the disk, which the disk is commonly made of stainless steel.
The most exposed part to the process fluid is the disk. That would be a reason that we have to choose a good material of it. Usually the disk is made of stainless steel because of its properties to be able stand on the harsh environment.

Price criteria
In most cases, money talks. High price means high quality, low price means low quality, but you should remember, it is not always true. You shouldn’t believe, for instance, with the low price of the PSV also will has low quality, either with the high price. There must be some overheads over the price components or even low quality of the materials. You should examine vendor’s proposal very carefully and thoroughly, you must go into as detail as possible. If you have any doubt about some points, you must ask to vendor for explanations until you have satisfaction on the answers and you have confident to determine whether or not you are going to accept vendor’s proposal.


References :
1. Crosby, Pressure Relief Valve Engineering Handbook
2. API 520 Part 1, Sizing, Selection, and Installation of Pressure-Relieving Devices in Refineries; Sizing and Selection
3. API 526, Flange Steel Pressure Relief Valves
4. Ken Arnold, Maurice Stewart, Surface Production Operations,Vol.2, Design of Gas Handling Systems and Facilities,2nd edition,1999,

sumber : Mas Webby

Rabu, 09 Juni 2010

Interview di Ras Laffan (QatarGas)

    Ehm...ehm....agak batuk-batuk dikit. 
    Saya ingin berbagi dengan rekan-rekan yang (mungkin) tertarik untuk bisa bekerja di Qatar, UAE atau negara-negara di Timur Tengah. Sedaaapppp.........
    Berhubung saya pun masih mencari nafkah di tanah Batam, jadi otomatis saya belum ada dong pengalaman kerja di sana.
    Naah...saya ada kenalan baru, Mas Wahyu namanya. Tulisan saya di bawah pun, saya minta ijin untuk Copas (Copy-Paste) di blog saya. Beliau saat ini kerja di daerah Ras Laffan, Plant Site sekaligus Site Office dari QatarGas. Jadi sumber berita saya valid dong, dari orang jang saat ini jelas-jelas kerja di Qatar.

Berikut isinya :
--------------------------------------------------------------------------------------
Hari ini aku mau interview di Ras Laffan, plant site sekaligus site officenya QatarGas. Menurut welcome kit yang aku terima, aku dijadualkan untuk interview dengan 4 orang setelah medical test.

Jam 7.30 aku standby di lobby luar untuk menunggu jemputan. Udah lewat 5 menit, tapi belum ada tanda-tanda jemputan. Baru saja aku mau menelpon ke nomer driver yang disediakan, seorang Qatari mendekati dan menanyakan kalau aku termasuk rombongan yang mau ke QatarGas. Rupanya selain aku ada dua orang lagi, yang kemudian aku ketahui berasal dari India dan Bahrain. Berbeda dengan aku yang rapi jali dengan baju putih dan berdasi, orang Bahrain cuman pake kaos oblong dan sepatu kets. Sementara orang India hanya memakai baju lengan pendek tanpa dasi. Biarlah, rule of thumb interview aku pegang: lebih baik overdress daripada underdress. Meskipun Anda tahu perusahaan yang Anda apply punya culture relax, jangan overconfident dengan underdress. Dua orang yang menyertaiku ternyata apply untuk posisi mechanical engineer (Bahrain) dan rotating engineer (India).

Perjalanan ke Ras Laffan katanya bisa ditempuh dalam 1 jam, tapi kami baru sampai di sana sekitar jam 9 kurang 10 menit. Kami sempet berhenti cukup lama di jalan karena orang Bahrain keukeuh untuk membantu korban kecelakaan – seorang wanita Filipino – yang ditabrak seorang wanita Qatarian meskipun sudah banyak orang yang membantu termasuk – mungkin – saudara dari wanita Qatarian. Aku teringat tulisan di buku Marhaba di hotel untuk tidak meng-underestimate kecepatan mobil. Mungkin si Filipino tertabrak ketika menyeberang karena sebab yang demikian. Wanita Qatari tersebut pingsan sehingga merepotkan orang-orang. Hukum di sana mengatakan barang bukti kecelakaan tidak boleh dipindahkan sebelum polisi datang.

Untuk sampai ke Ras Laffan kami melewati highway lebar nan sepi nan mulus nan membosankan….he…he…Sebelum masuk ke Ras Laffan Industrial City, tamu harus mendaftarkan diri di Security Gate dengan menyerahkan passport dan surat pendukung maksud kunjungan. Masuk ke area QatarGas pun demikian, sampai kamera D60 punyaku terpaksa harus ditinggal.

Kami di-drop di clinic perusahaan untuk melalui medical test. Medical test terdiri dari beberapa test:
  1. Ambil sample urine dan darah
  2. Test volume udara pernafasan
  3. Test pendengaran
  4. Test ECG

Habis medical test, aku ke main office untuk interview. Ternyata dari 4 orang yang dijadualkan hanya tiga yang bisa: 1 technical recruiter dan 2 user dari Loss Prevention Team. Oh ya, sebelum interview aku harus menyerahkan formulir isian employment, menyerahkan pasfoto dan fotokopi ijasah dan certificate. Nah yang terakhir aku gak bawa. Untungnya orang HR-nya nggak reseh. Jadi lesson learnednya bawa juga kopian certificate training.

Interview pertama dengan Elissa Grimaldi – technical recruiter. Si doi ternyata punya background S2 environmental tapi memilih karir di recruitment. Berikut beberapa pertanyaan yang aku ingat (dan ini bukan urutan dan bukan semuanya):
-          Apa yang kamu kerjakan sekarang?
-          Mengapa memilih QatarGas?
-          Apa yang kamu ketahui tentang QatarGas?
-          Dari sekian pekerjaan, yang mana yang paling kamu suka? Mengapa?
-          Kalau orang lain ditanya tentang dirimu apa tiga kata yang menggambarkan dirimu? Bagaimana kalau isteri Anda yang ditanya?
-          Apa hambatan Anda untuk pindah ke sini?
-          Apa kontribusi yang bisa Anda berikan jika terpilih?
-          Apa prestasi yang paling Anda banggakan?
-          Apakah Anda sedang di-approach oleh company lain juga?

Interview dengan Elissa sangat menarik. Lebih ke arah diskusi karena aku juga kerap melontarkan pertanyaan, seperti:
-          Apa yang menarik dari QatarGas bagi kamu?
-          Mengapa kamu bekerja di sini?
-          Bagaimana masa depan perusahaan ini?
-          Bagaimana organisasi perusahaan dan tim?
-          Bagaimana tahapan setelah interview ini?
-          Apakah compensation dan benefit negotiable?

Beberapa statementnya kurasa lebih banyak diarahkan untuk ”menggoda” aku agar tertarik masuk ke QatarGas. No wonder memang untuk itu dia dibayar.

Aku sempet mengemukakan concernku mengenai posisiku yang sekarang. Dari posisi leader dan punya beberapa member ke posisi ”hanya” seorang engineer. Aku juga sempat mengemukakan bahwa dengan posisiku yang sekarang aku seharusnya bisa mendapatkan posisi yang lebih tinggi dari posisi enginer. Dia tidak menjanjikan apa-apa kecuali bahwa aku disarankan untuk berbicara langsung dengan user manager.

Sebelum interview selama kurang lebih 45 menit usai aku sempat diperlihatkan contoh standar offer letter dan contoh akomodasi yang disediakan QatarGas.

Interview dengan User, tidak lebih sulit. Pertanyaan-pertanyaannya lebih ke arah resume check:
-          Apakah kamu pernah melakukan QRA, HAZOP, other risk studies?
-          Apakah pernah terlibat dalam SIMOPS?
-          Apakah pernah terlibat dalam startup?
-          Apakah pernah melakukan fire safety assessment?
-          Apakah tahu tentang Business Continuity Plan?
-          Apakah tahu tentang Safety Integrity Level?
-          Apakah pernah exposed ke H2S operation?
-          Standar apa yang sering kamu pakai?
-          Software apa yang sering kamu pakai untuk consequence modelling?

Untuk interview dengan user aku sengaja membawa satu contoh pekerjaanku yang cukup bagus. Rupanya dia cukup impress dan memuji kerjaanku itu. Satu lagi best practice untuk membawa contoh pekerjaan yang bagus. Selain itu, lagi-lagi aku juga melontarkan pertanyaan menjurus seperti kalau aku di-hire bagaimana posisiku terhadap rekan sekerja di tim? Bagaimana overlapping antara safety dan loss prevention? Sebesar apa coverage dari kerjaan? Seberapa urgent posisi ini harus diisi? Mengapa posisi ini ada?

Sama seperti yang aku sampaikan ke Elissa, aku juga mengemukakan concern mengenai posisiku yang sekarang dan downgrade career jika aku menjadi engineer. Sambil mengantarku kembali ke HR, user managerku mempertanyakan kenapa aku melontarkan concernku itu sembari memastikan bahwa dia akan berbicara dengan HR masalah itu.

Dengan demikian, interview dah selesai. Aku menunggu untuk diantarkan kembali ke Doha di lobi office HR di depan ruang Elissa. Di tengah waktu menunggu, Elissa menghampiriku dan menanyakan hasil interview dan apakah aku sudah mengemukakan concernku. Selang beberapa menit kemudian Elissa kembali dengan membawa organization chart Safety Environment Quality. Mungkin dia sudah berbicara dengan user manager dan orang HR lainnya sehingga cukup mengejutkanku ketika dia bilang kemungkinan aku akan di”naikkan” menjadi senior engineer karena ada perubahan organisasi. Manager yang sekarang pindah ke Thailand, yang lead jadi manager, dan yang senior jadi lead, sehingga posisi senior kosong.

Short of the story, temporary offer yang datang seminggu kemudian ternyata benar dengan posisi senior engineer. Tentu dengan kompensasi yang berbeda daripada engineer yang sebelumnya ditawarkan.

Keseluruhan acara hari ini selesai sekitar jam 2-an. Pulang ke Doha aku minta di-drop di Corniche instead of hotel. Maklum ini last chance karena tengah malam nanti aku sudah harus balik. Belum ke Doha kalo belum ke Corniche. Nih ini dia fotoku selama perjalanan ke Ras Laffan dan di Corniche.
Highway Doha-Ras Laffan
Highway Doha-Ras Laffan



kegiatan Konstruksi di Ras Laffan Industrial City
kegiatan Konstruksi di Ras Laffan Industrial City
At Corniche - Doha (Oryx, Asian Games mascot at the background)
At Corniche - Doha (Oryx, Asian Games mascot at the background)

----------------------------------------------------------------------------------------------

sumber : Blog Mas Wahyu